Selamat Datang di Blog Seksi Pemolaan Kawasan Hutan - Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah II

Rabu, 04 Juli 2007

Tes kemampuan sinyal GPS di bawah kanopi

Untuk keperluan studi penerapan teknologi GPS (Global Positioning System) di bidang kehutanan, terutama di areal tutupan hutan yang lebat maka diadakan pengujian pengamatan GPS di bawah Kanopi, kemudian dilakukan pengolahan data dan analisis. Teknik Pengujian GPS di bawah kanopi ini dilakukan dengan metode static diferensial moda radial. Satu titik ditempatkan sebagai base di suatu titik kontrol di daerah terbuka yang memungkinkan sinyal teramati dengan baik, kemudian dua titik ditempatkan di bawah kanopi yang kemungkinan sinyal GPS akan mengalami halangan. Alat yang digunakan terdiri dari 4 receiver GPS dual frekuensi masing-masing dengan merk TRIMBLE, LEICA, TOPCON, dan SOKKIA.

Program Pengujian GPS di bawah kanopi ini dilaksanakan oleh Pihak BAPLAN Kehutanan bekerjasama dengan KK GEODESI FTSL ITB, dan pihak Vendor masing-masing merk GPS yang di uji. Tempat pengujian di Taman Nasional Gede Pangrango.

Metode Pengamatan (tes kemampuan GPS di bawah Kanopi)

Pada pekerjaan Pengujian GPS di bawah kanopi dilakukan survei GPS metoda statik dengan lama pengamatan sekitar 45 menit dengan banyaknya titik amat di bawah Kanopi yaitu 2 buah pilar. Receiver GPS yang di cek yaitu sebanyak 4 receiver GPS dual frekuensi masing-masing merk TRIMBLE, LEICA, TOPCON, dan SOKKIA. Kemudian satu buah receiver digunakan sebagai referensi, yang ditempatkan di daerah terbuka yang memungkinkan sinyal teramati dengan baik.

Pelaksanaan pengamatan dan Pengolahan Data

Pelaksanaan program pengujian alat GPS di bawah Kanopi dilakukan selama 1 hari (tanggal 16 Desember 2006). Metode pengamatan yaitu survei GPS metoda statik dengan lama pengamatan sekitar 45 menit dengan interval epok sebesar 15 detik serta sudut elevasi 150, dengan banyaknya titik amat di bawah Kanopi yaitu 2 buah pilar. Receiver GPS yang di cek yaitu sebanyak 4 receiver GPS dual frekuensi masing-masing merk TRIMBLE, LEICA, TOPCON, dan SOKKIA. Kemudian satu buah receiver digunakan sebagai referensi, yang ditempatkan di daerah terbuka yang memungkinkan sinyal teramati dengan baik. Tempat pengujian di Taman Nasional Gede Pangrango. Sementara itu pengolahan data menggunakan software Ski Pro versi 2.1.

Di bawah ini adalah gambar dokumentasi dari tim penguji alat GPS di Kanopi - dari BAPLAN Kehutanan, KK Geodesi FTSL ITB, dan vendor alat GPS Trimble, Leica, Topcon, serta Sokkia

gpskanopi07.JPGgpskanopi06.JPG gpskanopi05.JPG gpskanopi04.JPG

Gambar di bawah ini menunjukkan seting Peralatan GPS di bawah kanopi pohon. Terlihat tutupan kanopi cukup rapat yang memungkinkan sinyal GPS dari satelit akan terhalang dan bahkan mungkin tidak di terima dengan baik oleh receiver.

gpskanopi03a.JPG gpskanopi03b.JPG dsc05716.JPGgpskanopi02.JPG

Hasil pengujian sinyal GPS di bawah Kanopi Pohon

Dari hasil pengolahan data diperoleh solusi nilai koordinat dengan ambiguitas resolved dan ambiguitas tidak resolved. Selisih koordinat yang dihasilkan dari pengolahan data dari masing-masing alat yang diuji di titik uji pertama memperlihatkan perbedaan ada yang mencapai fraksi meter, dan ada juga yang sentimeter. Sementara selisih koordinat di titik uji kedua memperlihatkan perbedaan ada yang mencapai fraksi meter, dan bahkan ada yang belasan meter, dan ada juga yang desimeter.

Hasil yang ditunjukkan oleh dua alat receiver yang dijui yang memperlihatkan ambiguitas fase dapat terpecahkan dan perbedaan koordinatnya yang cukup kecil (level sentimeter untuk titik uji pertama, kemudian perbedaan koordinat dalam level desimeter untuk titik uji kedua (ambiguitas tidak resolved) dapat dijadikan indikator awal hasil pengamatan sinyal yang tidak terlalu jelek dan hasil koordinat pengolahan data yang nilainya cukup teliti yang dihasilkan oleh kedua receiver ini, meski penempatan titik dilakukan di bawah kanopi pohon yang menghalangi sinyal dari satelit ke receiver.

Namun demikian, hasil ini masih bersifat sementara dan perlu penelitian lebih lanjut lagi, karena data yang diambil dilapangan ketika uji coba tidak terlalu lama. Seharusnya kita melakukan pengamatan yang lebih lama lagi untuk masing-masing jenis receiver, sehingga kita dapat melihat lebih jelas lagi konsistensi hasil akhir yang didapat oleh masing-masing alat yang diuji coba. Selain itu pengolahan data dengan masing-masing software yang dipunyai masing-masing merk receiver juga akan menambah point analisis dalam uji coba in

Tidak ada komentar: